Angry Birds

Sabtu, 30 April 2016

ANALISA UNTUK MENGENAL SEJARAH KESENIAN NANGGROE ACEH DARUSSALAM



Tob DabĂ´h ( debus )
Mengenal Sebelumnya, debus atau daboh ini diguna­kan orang untuk berperang. Karena ada kearifan di Aceh Selatan, setiap yang merantau bisa ilmu bela diri dan kebal, timbullah imej di masyarakat luar bahwa anak Aceh Selatan banyak mistiknya, seh­ingga penjajah pun takut masa itu, papar Muhasibi.
Dari tradisi seperti itu, akhirnya debus men­jadi sebuah kesenian. Pada mulanya kesenian tra­disional ini dimainkan dengan menggunakan rapa’i dan sambil duduk. Namun, karena satu dan lain hal, termasuk tuntutan zaman, kebiasaan serupa ini sedikit demi sedikit berubah.
                
pengertian Kesenian tradisional ini hampir dimiliki oleh setiap Kecamatan di Aceh Selatan. Kesenian ini merupakan gabungan antara seni, agama dan ilmu metafisik (ilmu kebal). Kelompok kesenian ini mempunyai pemain minimal 10 orang yang dipimpin oleh seorang yang biasa disebut khalifah. Kesenian ini menggunakan alat musik yang disebut dengan rapa’i (gendang yang terbuat dari kulit kambing). Kesenian ini umumnya melagukan syair-syair dan zikir dan pujian kepada Allah Sang Pencipta dan kepada  Rasulullah SAW sesuai dengan ajaran Islam.

Sejarah Konon, menurut riwayat kaum sufi (abad ke 7 H), Rapa’i Dabus ini berasal dari nyanyian-nyanyian (puisi yang berbentuk doa) yang dibacakan oleh seorang mursyid (pemimpin tarikat) dalam ajaran tasawuf-nya. Mursyid ini membacakan doa dan zikir dengan suara yang merdu dan lemah lembut dalam waktu lama, sampai dirinya dan pengikutnya tak sadarkan diri (fana billah). Fana billah inilah yang jadi tujuan untuk mencapai kepuasan batin dan  kelezatan jiwa.

Kadang-kadang dalam doa dan munajat mereka kerap terdengar seruan kepada para Malaikat Allah agar segera turun dari langit untuk membimbing mereka yang sedang berjalan menuju makam Makhrifatullah. Rapa’i Zikir  masuk ke Aceh bersamaan dengan masuknya agama Islam pada akhir tahun 1 Hijriyah atau awal tahun 2 Hijriyah. Waktu itu pemuka-pemuka agama Islam menggunakan gendang (rapa’i) sambil berzikir atau bersalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Bukan untuk berdebus.